apha ya

Jumat, 27 Agustus 2010

Limbah Daun Hasilkan Miliaran

Sumber Berita : http://cyberwoman.cbn.net.id/
Entrepreneurs Tue, 23 Sep 2003 10:04:00 WIB

Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam merupakan sumber daya potensial untuk dimanfaatkan dalam kegiatan produksi secara komersial. Sumber daya alam tidak terpakai pun mampu mendatangkan keuntungan, asalkan diberikan sentuhan kreativitas menjadi produk yang layak konsumsi.

Apa yang dilakukan Nanik bisa dicontohkan. Wanita kelahiran Jenggawah, Kab. Jember, Jatim, pada 46 tahun lalu itu mampu menyulap daun-daun kering menjadi lembaran mata uang hingga beratus-ratus juta rupiah selama setahun.

Semakin banyak daun yang dikumpulkan, semakin bertumpuk uang yang didapatkan melalui penciptaan produk rumah tangga, seperti kotak, guci, kap lampu, dan tempat tisyu. Semuanya serba daun, baik barang pakai maupun untuk hiasan.

Komoditas semacam itu pasarannya diorientasikan ke berbagai negara, a.l. Australia, Jerman, Prancis, Belanda, Taiwan, Korea, dan AS. Justru daya serap pasar domestik tergolong minim. Sebagian besar pembeli asing maupun lokal ditemukan saat mengikuti pameran di Jakarta, Bali, atau Surabaya.

Tempel daun

Kegiatan usaha Nanik tampaknya sederhana saja, yakni melapisi aneka produk yang telah ada dengan daun-daun kering. Riilnya, kegiatan produksi yang dilakukan tidak lain menata dedaunan atau seni tata daun. Kunci utama adalah bagaimana daun-daun yang telah dikeringkan tersebut bisa bertahan lama, sehingga tidak cepat lapuk.

"Selain teknis mengawetkan daun, usaha begini harus selalu menciptakan desain baru agar tidak kalah bersaing dengan produsen barang-barang sejenis," ujar Nanik, yang menggeluti kegiatan tersebut sejak enam tahun lalu.

Masalahnya, saat ini bukan dia saja yang memproduksi barang berlapiskan daun. Di beberapa daerah di Jatim seperti Malang terdapat usaha serupa. Tentu saja mereka berlomba meningkatkan kualitas dan ragam barang.

Dengan demikian, produsen barang kerajinan itu harus selalu menggali inspirasi bagi terciptanya model baru. Caranya banyak, diantaranya mengutak-atik sesuai kreasi sendiri maupun melihat dari majalah terbitan luar negeri. Bisa juga sekadar melapisi produk keramik atau gerabah buatan perajin dari daerah lain.

Dalam memproduksi barang dari daun, Nanik bahu-membahu dengan suaminya, Heri Dasar, dan menempatkan bengkel usahanya di kawasan Ngagel Mulyo, Surabaya, yang dinamakan Bengkel Kriya Daun 9996. Heri pensiunan Dinas Perkebunan Jatim pada l997. Wajar saja kalu dia sudah sangat mengenal aneka jenis daun dari berbagai tanaman keras.

"Suami saya yang berkonsentrasi di bidang teknis pengawetan daun dan penataannya, saya memfokuskan penciptaan desain baru dan pengembangan pasarnya sekaligus menangani manajemen, kendati secara sederhana," tutur Nanik, yang gemar mengenakan jilbab.

Bahan baku daun dikumpulkan dari daerah-daerah kabupaten di Jatim. Semua jenis daun dapat dipakai, seperti daun mahoni, waru, mangga, bunga sepatu, jambu mete dan ratusan daun lainnya.

"Tapi daun basah seperti jenis keladi tidak dapat dimanfaatkan," tuturnya.

Cara pembuatan

Pemrosesan daun-daun-yang semestinya dibuang di tempat sampah-itu mula-mula direndam dengan bahan kimia selama semalam, kemudian ditiriskan dan disetrika. Peralatannya hanya bak air, dandang dan kompor minyak tanah.

Nanik menjelaskan proses produksi yang tersulit adalah formulasi kimia pengeringan daun. "Tetapi suami saya telah menguasai teknis kimiawi yang dia rahasiakan."

Sebagian daun diwarnai dan sebagian masih dibiarkan warna aslinya, kemudian ditempel-tempelkan dengan lem di kotak kardus yang juga dibuat sendiri maupun kap lampu dan keramik. Kelihatannya sederhana saja, tetapi tercipta lah produk kerajinan yang apik dan menarik. Ternyata barang serupa ini marketable.

Bengkel Kriya Daun 9996 Surabaya menghasilkan sedikitnya 12 macam kotak ukuran kecil hingga besar, a.l. kotak hias, kotak perhiasan, kotak sampah, kotak kaset, kotak paper pad, kotak kosmetik, kotak tisyu. Belakangan dia juga memproduksi barang yang bisa untuk cenderamata tamu yang menghadiri acara perkawinan, ulang tahun, seminar, rapat dan lainnya.

Kegiatan produksi barang tersebut melibatkan 60 karyawan di Surabaya dan sebagian lain terpencar di Magetan, Jombang, Sidoarjo. Dengan demikian, Nanik dan suaminya tidak perlu menyiapkan tempat produksi, sesudah memberikan pelatihan kerja terhadap para perajin.

"Yang penting, kami melakukan kontrol kualitas produk dengan cermat disebabkan pihak pembeli asing akan melakukan klaim atas barang kami yang rendah mutunya," papar Nanik.

Pilihan bahan baku kardus pun merupakan bagian dari kecermatan membuat kotak daun, karena kertas kardus yang lembek bisa berdampak tidak kokohnya produk kotak.

Harga jual kotak daun cukup bervariasi sesuai ukuran dan kerumitan pembuatannya, yakni berkisar Rp5.000 hingga Rp200.000/buah. Dengan tingkat harga sebesar itu, Nanik mengaku bisa menangguk pendapatan Rp800 juta hingga Rp1 miliar/tahun.

Dia optimistis angka penjualan sepanjang tahun ini menembus Rp1 miliar, karena banyak pesanan dari luar negeri semisal saat sekarang tengah merampungkan 10.000 kotak perhiasan senilai Rp80 juta dari galeri di Jerman. Sebelumnya mengerjakan permintaan dari Prancis dan pembeli lokal.

Transaksi dengan pembeli asing diperhitungkan harga FOB, sehingga risiko di perjalanan angkutan laut menjadi tanggungan pihak pembeli. Biasanya pihak pembeli asing sudah menunjuk perusahaan ekspedisi tertentu, maka Nanik tinggal menyerahkan kepada jasa pengiriman barang untuk dikapalkan melalui pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

"Kami memperoleh buyers secara langsung saat mengikuti pameran di kota-kota besar dengan menyebarkan brosur dan kartu nama. Pameran merupakan ajang promosi paling efektif," tutur Nanik yang tampak cerdik itu.

Untuk meminimalkan biaya promosi/pameran, Nanik-dengan mengenakan 'label' pengusaha kecil-mendatangi beberapa BUMN ataupun instansi pemerintah a.l. PT PLN Distribusi Jatim dan Dinas Perindag Surabaya untuk menjadikan Bengkel Kriya Daun 9996 sebagai binaan instansi tersebut.

Itulah salah satu cara yang ditempuh Nanik untuk mengembangkan pasar. Cara lain ialah tetap konsisten dengan kualitas produk dan selalu menciptakan desain menarik, kemudian memenuhi pesanan secara tepat waktu sesuai kontrak. (aac)